Anansi tidak menyukai Burung, karena jika Burung lapar, dia memangsa banyak hal, dan salah satu yang dimakan Burung adalah laba-laba, dan burung selalu lapar.
Mereka dulu berteman, tapi sekarang mereka tak berteman lagi.
Pada suatu hari Anansi sedang berjalan, dan dia melihat sebuah lubang di tanah; hal itu menimbulkan gagasan baginya. Dia menaruh kayu di dasar lubang, lalu dia membuat api, dan dia meletakkan kuali di dalam lubang dan memasukkan akar dan bumbu. Lalu dia mulai berlari-lari mengitari kuali, berlari dan menari, dan berseru dan berteriak, katanya, Aku merasa senang. aku merasa sangaaat senang. Wah, semua sakit dan nyeriku lenyap dan aku tak pernah merasa sesehat ini seumur hidupku!
Burung mendengar kegaduhan itu. Burung terbang turun dari langit untuk melihat apa yang diributkan. Dia berkata, Apa yang sedang kau nyanyikan? Mengapa kau bertingkah seperti orang gila, Anansi?
Mereka dulu berteman, tapi sekarang mereka tak berteman lagi.
Pada suatu hari Anansi sedang berjalan, dan dia melihat sebuah lubang di tanah; hal itu menimbulkan gagasan baginya. Dia menaruh kayu di dasar lubang, lalu dia membuat api, dan dia meletakkan kuali di dalam lubang dan memasukkan akar dan bumbu. Lalu dia mulai berlari-lari mengitari kuali, berlari dan menari, dan berseru dan berteriak, katanya, Aku merasa senang. aku merasa sangaaat senang. Wah, semua sakit dan nyeriku lenyap dan aku tak pernah merasa sesehat ini seumur hidupku!
Burung mendengar kegaduhan itu. Burung terbang turun dari langit untuk melihat apa yang diributkan. Dia berkata, Apa yang sedang kau nyanyikan? Mengapa kau bertingkah seperti orang gila, Anansi?