Selasa, 27 Maret 2012

"Tindakan di luar pemikiran dan rencana awal kadang bisa jadi undangan menarik bagi rasa sesal. Meski, tetap, siapa yang bisa melihat melebihi detik ini?"

Iman

Hari minggu kemarin ada teman bilang, "Wah, kalau *gnes mah emang menggoda iman." (Dia lagi lihat iklan bahan-buat-keramas di televisi, dan dia memang tipe orang yang punya iman--meski tak tahu juga seberapa kecil) .
     "Ah, itu sih tergantung orangnya," celetuk salah seorang yang lain, dan diamini oleh dua teman yang lain lagi.
     Kalau kata juri cari bakat stand up comedy yang pernah ditonton penulis di televisi, iman itu bahan lawakan yang 'nyaris' (entah nyaris yang beliau maksudkan itu apa).
     "Haiyo, itu kalau punya iman. Kalau nggak punya iman kan nggak bakalan tergoda." (penulis)

Kamis, 22 Maret 2012

Mencoba Nge-sub Indonesia: On the Waterfront (1954)

Info Film: IMDb - On the Waterfront (1954)

     Pertama 'kenal' film ini sebenarnya dari buku Klub Film-nya David Gilmour, nice book, anyway. Beliau menyinggung om Marlon Brando secara agak berlebihan (waktu baca bukunya. Setelah lihat filmnya kata 'agak berlebihan' itu seperti terdengar berlebihan bagi penulis.).
     Ada satu-dua hal lagi yang dibahas tentang film ini di bukunya, hal. 34-35.
     Kutipan favorit nih film: "Ini yang pertama, kuharap bukan jadi yang terakhir." (Terry Malloy). Itu saat Marlon Brando ngajak Eve Marie Saint ke bar untuk minum. Itu tegukan pertama buat Eddie Doyle (Eve Marie). Dan ini adalah aktivitas pengalihan bahasa subtitle pertama buat penulis. Alasan yang nggak dibuat-buat untuk suka tuh quote kan.
     (Mantan petinju pro beralih profesi menjadi buruh pelabuhan, berdiri melawan bos perserikatan buruh yang korup. Dia berada dalam dilema nurani. Antara membiarkan kejahatan luput dari hukum, meski dilakukan kawan-kawannya, atau mengungkapnya. ....)

Subtitle Indonesia: Subscene - On the Waterfront (1954)
Tempat unduh film: Mediafire - On the Waterfront (1954)

Rabu, 21 Maret 2012

Dalam Poskriptum

"Suara penyair tidak mesti sekedar rekaman tentang manusia, ia bisa juga menjadi salah satu tiangnya, pilar-pilar yang membantu manusia bertahan dan menang." William Faulkner ... 1950 ....
     ... Paul Eluard ... "Liberte".
     Dalam teks yang sama, Faulkner memberi tahu rekan-rekan sesama penulisnya bahwa mereka sudah "melupakan persoalan hati manusia yang berkonflik dengan dirinya, padahal  dia bisa membuat tulisan bagus hanya karena topik ini saja yang layak untuk  ditulis, entah yang menyedihkan ataupun yang manis." Dia meminta mereka tidak meninggalkan kamar dalam bengkel kerja mereka "untuk apapun selain kebaikan dan kebenaran purba di hati, agar kebenaran-kebenaran universal purba tetap hadir di setiap kisah meski sebentar saja dan tidak punah--cinta, kehormatan, belas kasihan, kebanggaan, dan pengorbanan.
     ...
     .... Serangga-serangga--khususnya semut dan lebah--menawarkan contoh dramatis kerja sama sosial yang bisa mempermalukan kerja sama anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
     ...
     .... Yang harus diketahui adalah: Rasa sakit dan senang bukan kembar atau bayangan cermin bagi satu sama lain seperti yang diyakini banyak orang, minimal sejauh peran mereka dalam mempertahankan hidup kita. Bagaimanapun, lebih sering ketimbang tidak, sinyal-sinyal rasa sakit lebih sanggup menjauhkan kita dari gangguan yang mengancam, entah di saat ini maupun di masa lalu yang diantisipasi menjadi masa depan. Sangat sulit untuk membayangkan kalau individu dan masyarakat yang melulu didominasi dorongan mencari rasa senang sebanyak mungkin, lebih sering ketimbang menghindari rasa sakit, dapat membuat mereka bertahan hidup
     Beberapa perkembangan sosial terkini dalam budaya yang semakin hedonistik ini memang menawarkan dukungan bagi opini tersebut, .... Oleh karena sepertinya kok kita lebih banyak memiliki jenis emosi negatif ketimbang positif, dan tampaknya otak menangani keduanya lewat sistem yang berbeda. Mungkin Tolstoy juga mempunyai pikiran yang sama saat menulis di bagian awal Anna Karenina-nya: "Semua keluarga yang bahagia menyukai dengan cara yang sama satu sama lain, setiap keluarga yang tidak bahagia menjadi tidak bahagia dengan caranya sendiri."

ibid, hal. 372-373; 383; 392

Minggu, 18 Maret 2012

Ngutip Pascal

"Kita hampir jarang berpikir tentang masa kini dan sesekalipun kita melakukannya, yang ingin kita lihat hanyalah cahaya yang dilemparkannya bagi rencana-rencana kita di masa depan." Kalimat ini diucapkan Pascal. Kita bisa melihat dia sangat paham ketidakhadiran virtual tentang masa kini. Masa kini akan dihabiskan saat kita menggunakan masa lalu untuk merencanakan apa yang akan terjadi di masa depan, sehingga masa kini hanya akan menjadi sebuah momen yang segera berlalu, atau masa depan yang masih jauh.

ibid, hal. 245

Ngutip Einstein

"Kata-kata atau bahasa, ketika ditulis atau diucapkan, tidak terlihat memainkan peran apa pun dalam mekanisme berpikir saya. Entitas-entitas fisik yang tampaknya berfungsi sebagai elemen-elemen dalam pikiran sebenarnya merupakan sekumpulan tanda tertentu, dan kurang lebih merupakan imaji-imaji gamblang yang bisa direproduksi dan dikombinasi "menurut kemauan". Pastinya ada kaitan antara elemen-elemen tersebut dan konsep-konsep yang secara logis relevan. Oleh karena itu, hasrat untuk sampai kepada konsep-konsep yang secara logis jelas merupakan basis emosi yang sebenarnya, jadi bukan permainan buram elemen-elemen yang disebutkan sebelumnya...
... Elemen-elemen yang disebutkan di atas, dalam kasus saya, adalah tipe visual dan ... maskuler. Kata-kata konvensional atau tanda-tanda lain yang harus dicari dengan gigih hanya berada di tahapan sekunder, setelah permainan asosiatif elemen-elemen sudah cukup terbentuk dan diproduksi menurut kemauan.

Antonio Damasio - Memahami Kerja Otak, 154-155