Senin, 22 April 2013

Puisi Gie

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di mirazah
Tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mandalawangi

Ada serdadu-serdadu amerika yang mati kena bom di danau
Ada bayi-bayi yang mati lapar di biafra
Tapi aku ingin mati di sisimu manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu

Mari sini sayangku
Kalian yang pernah mesra
Yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas, atau awan yang mendung

Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita tak kan pernah kehilangan apa-apa

Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
Yang kedua, dilahirkan tapi mati muda
Dan yang tersial adalah berumur tua
Berbahagialah mereka yang mati muda

Makhluk kecil, kembalilah dari tiada ke tiada
Berbahagialah dalam ketiadaanmu…

Soe Hok Gie
Selasa, 11 November 1969

Jumat, 19 April 2013

Puisi Senja

Akan kutulis satu puisi.
Tentang malam yang tak lagi mau disebut kelam.
Iri oleh pendahulunya, senja,
yang entah kenapa, selalu saja dipuja.

Akan kugubah satu syair.
Tentang fajar, tentang pagi yang meninggi.
Diiringi sorak sorai
pedagang-pedagang
di pasar-pasar.

Akan kucipta satu sajak.
Tentang siang yang beranjak senja.
Apa ini tidak menjadi terlalu rutin bagimu,
senja?
Senja, bukan hanya kau yang bisa berpuisi.

Bersandar di dinding pemotivasi diri, 17 April 2013
Setjoeil Asa

Minggu, 14 April 2013

Dua Lagi di atasnya, Kan?



Terima kasih Tuhan. Puji syukur kali ini bersungguh-sungguh memanjat ke Kamu. Terima kasih aku hidup. Terima kasih atas pemberian-Mu yang satu ini.
            Selama ini aku memang bodoh. Tepatnya memiliki pemikiran tolol. Sudut pandang ngawur. Persepsi sembrono.
            Masih banyak hal bisa diperbuat. Masih banyak buku bisa dibaca. Masih ada satu buku yang mesti ditulis? Ya, paling tidak aku akan baca buku tentang teori-teori sastra, atau yang lain yang seperti itu. Dan iya, aku masih akan bisa menulis satu buku. Pasal yang harus kupenuhi, aku harus hidup. Aku ingin hidup. Dan aku bersyukur aku hidup.

Rabu, 03 April 2013

Kenapa Bukannya Kusebut Senja?

Berhari-hari belakangan kepala terisi hal-hal suicidal, lagi. Kali ini, ide tentang berjalan ke selatan di pantai selatan. Isi kepala muncul setelah rasa syukur kepantaian terucap dalam benak. Itu adalah saat duduk di pasir hitam pantai. Ditemani sinar terakhir matahari. Petang itu. Kenapa bukannya kusebut senja? Terdengar lebih puitis, kan? Dua teman lagi adalah angin dan ombak. Ombak dengan suaranya. O, tak usah disebutkan baunya. Seperti ada setumpukkan koloni ikan yang sudah mati dua minggu dan dikencingi segerombolan pemabuk.
     Mulanya dia, si isi kepala, tampak sebagai pahlawan. Bala bantuan yang siap menolong. Kau tinggal berjalan, dan laut, airnya dan ombaknya, akan mengerjakan sisanya. Bukankah itu terdengar seperti setengah bunuh diri? Atau, malahan jika ada artikel tentang itu di surat kabar lokal, mungkin judulnya hanya akan berbunyi, "Bermain Air Laut, Seorang Pemuda Ceroboh Terseret Ombak Pantai Selatan."
     Tapi setelah melewati fase perenungan mendalam, semua hipotesis di atas runtuh. Apa pasal? Apa bedanya itu dengan berjalan ke perlintasan kereta api tanpa pengaman, saat tahu akan ada kereta lewat saat itu juga. Biarkan kereta api melakukan sisanya. Lalu, biarkan tali itu mengerjakan sisanya. Biarkan pisau itu menyelesaikannya. Jadi, apa benar kata-kata itu? Kata-kata tentang, semua tergantung niatnya.
     Selalu berharap yang tertulis di bawah ini takkan pernah menjadi kutipan favorit:
"Kebahagiaan hanya untuk mereka yang tak pernah dilahirkan." 
     Ini pernah disangkal oleh seorang teman. Mana mungkin merasa bahagia jika tak pernah lahir? Berpikir sejenak. Dan, benar juga. 
"Kebahagiaan adalah tempat yang belum pernah kukunjungi. Mungkin takkan pernah. Selama aku masih hidup."
"Kematian adalah satu-satunya cara untuk mengubah hidup."
     Tapi selalu saja ada penghiburan. Entah setengah, entah penuh. Ada yang bilang itu hanya sebuah sudut pandang.
"Tidak ada alasan baik untuk hidup. Tidak ada alasan buruk untuk mati. Tidak ada alasan baik untuk mati. Tidak ada alasan buruk untuk hidup."

Setjoeil Asa