Rabu, 26 Juni 2013

Amarah Oleh John Steinback (Terjemahan Oleh Sapardi Djoko Damono)

Buku bagus. Mungkin jadi tambah sedikit tahu kenapa buruh berdemonstrasi. Kalau perut sudah menjerit, apalagi yang bisa diharapkan. Novel tahun 1930-an dan masih relevan hingga sekarang.
     Beberapa dari spesies ini dikaruniai ilmu beberapa derajat daripada yang lainnya. Dari situ mungkin mereka punya peluang lebih bagus buat meraih rejeki. Tapi bukan berarti dengan ilmu dan rejeki yang lebih tinggi mereka bisa menginjak yang dibawah mereka. Lebih tinggi harusnya menjadi naungan. Jadi perlindungan. Berlindung dari terik menggigil dan hujan menyengat.
"Semakin tinggi pohon semakin kuat pula hembusan angin."
     Bukan niat pengin jadi polisi moral. Hanya saja dunia yang kita tinggali sekarang ini, ada perasaan aneh mengenai itu. Bukankah ada yang salah dengan sistem peradaban ini? Sistem ini membiarkan mereka yang dipanggil miskin tetap tertinggal. Itu Muhammad Yunus atau siapalah yang bilang. Atau media yang menyetir apa yang harus dikonsumsi, atau pandangan tentang satu hal. Semua ini cuma bikin paranoia. Entah mau ke arah mana lagi tulisan ini.

Rabu, 19 Juni 2013

BBM Subsidi, Piala Konfederasi dan Perang Penguasa-Oposisi

Harga BBM bersubsidi lagi jadi bintang tengah Juli ini. Mengubur gempita Piala Konfederasi 2013 Brazil, EURO U-21 Israel dan Piala Dunia U-20 Turki. Mau naik katanya mereka itu, harga diri si premium dan si solar bersubsidi. Kata lain, eufimismenya, subsidinya dipotong. Potongan subsidinya buat BALSEM (emang keseleo rakyat ini), beasiswa dan beasiswi (ingat emansipasi Bung! Meski harga BBM tak lagi bisa ditoleransi), Raskin (negeri ini memang parah. Bukan hanya rakyatnya miskin, berasnya juga miskin. pengetahuan juga miskin, miskin rasa syukur) dan lain sebagainya. Ah sudahlah, biarlah mahasiswa bakar ban bekas, menstop truk terus dipakai buat panggung orasi. Aku tak banyak tahu soal ini. Meski aku baru saja rampung baca Catatan Seorang Demonstran-nya Soe Hok Gie. Aku bukan aktivis. Aku hanya fatalis.
     Bicara tentang Piala Konfederasi, di Brazil sana juga ada demonstrasi menolak itu ajang. Seperempat atau seper-berapa rakyatnya masih di bawah garis kemiskinan, enak saja pemerintahnya menghambur uang buat berdiri stadion-stadion. Ah manusia dengan masalahnya. Koreksi, manusia-manusia dengan masalah-masalahnya. Jamak.
     Sementara itu, di timur tengah. Suriah. Arab Saudi bilang, "Atas nama perdamaian, kuberi kalian, wahai para oposisi, senjata untuk berperang. Segera selesaikan pertikaian kalian dengan penguasa."
     Tak mau kalah (seperti biasalah) AS juga sudah setuju untuk membantu oposisi dalam perang saudara ini.
     Di sisi lain Rusia mengirim bantuan senjatanya untuk pihak penguasa.
     Kalian ingin perdamaian tapi malah kasih serdadu-serdadu senjata buat perang. Kalian ingin tegakkan demokrasi tapi malah habisi kaum tak sepaham. Perdamaian bukan berarti tanpa perbedaan. Perbedaan ada bukan untuk dibasmi. Ah, nulis apa sih aku ini. Sudahlah....
     Ini barusan dapat kutipan,
"Peace cannot be keep by forced. It can only be achieved by understanding." (Einstein)
     Oh iya, baru ingat. Padahal di Turki juga sedang ada demonstrasi besar-besaran. Kurasa Israel juga bukan ladang perdamaian.

setjoeil asa

Kamis, 06 Juni 2013

Gadis Penjaga Toko Buku

"Jadi," kata Orang Asing, "Tuhanmu masih bermain curang?"
"Kupikir Dia bisa saja lebih curang daripada ini."
     Mereka berdiri, hampir menginjak garis kuning. Lalu si Orang Asing masuk ke salah satu gerbong kereta. Dia duduk dan senyum tipis samar-samar tergambar diwajahnya. Dia memandang ke bawah, ke tiket kereta tertanggal 26 Januari 2012 yang dipegangnya.
     Di luar kereta, Gadis Penunggu Toko Buku berpaling dari pintu gerbong. Dia membuka buku yang tadi diberikan si Orang Asing. Pada halaman paling depan ada tiga tulisan. Di pojok kanan atas paraf dan tanggal, '19 Jan '12'. Di tengah halaman ada judul buku--dalam bahasa terjemahan. Sedikit ke bawah, ada tulisan diagonal, 'Tidak ada yang namanya kebetulan :)Apa kau percaya dengan pertanda-pertanda? hal. 170.'
     Dia membuka halaman itu. Dua alinea digarisbawahi, hampir dua alinea. Satu kalimat di alinea kedua tampaknya sengaja dilewati. Senyum yang sama terlihat lebih jelas di wajahnya.
     "Setiap pencarian dimulai dengan keberuntungan bagi si pemula. Dan setiap pencarian diakhiri dengan ujian berat bagi si pemenang." ..., saat-saat paling gelap di malam hari adalah saat-saat menjelang fajar.

***

      Dia berdiri, diapit oleh dua rak. Rak itu sedikit lebih tinggi dari dia, 180 cm mungkin. Entah terbuat dari kayu apa. Semua bagiannya dipernis. Sungguh tak ada yang istimewa dari keduanya. Tetapi deretan buku yang terpajang di bagian paling atas rak--tepat di mana dia menatap--selama hampir tujuh menit terakhir ini telah menangkap pandangannya.
     "uh.., jadi, yang ini ya...," pikirnya. Tangannya hampir meraih buku bercover warna dominasi merah marun gradasi hijau pudar.
    "Kalau seseorang sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, seisi jagat raya bahu-membahu membantu orang itu mewujudkan impiannya."
      
Januari 2012
slim

Senin, 03 Juni 2013

Wajib Militer

Baru-baru ini wacana wajib militer membahana. Lagi digodok. Sebutannya komponen cadangan atau apalah. Mengirit anggaran katanya. Biar yang diirit itu bisa masuk ke kantong yang lain mungkin.
     Kalau boleh beropini, aku termasuk salah satu yang berharap bahan itu masak tepat pada waktunya. 2014 kata mereka. Bukan apa-apa, hanya ingin menukar hidup yang sekarang dengan satu yang baru. Lumayanlah bisa peroleh keterampilan berpistol-pistol ria. Ditambah maracik bom sendiri.
     Sudah tangkas pakai bedil, bisa tembak sasaran. Cuma ingin menanam satu pelor di otak masing-masing manusia-manusia ini: mereka yang di kolom-kolom surat kabar harian disebut artis peran (beberapa), politisi-politisi bertopeng (kias), birokrat-birokrat korup (jelas), dan lain sebagainya dan lain sebagainya. Racik peledak buat robohkan gedung-gedung: bank, asuransi, mini market waralaba dan kakak-kakaknya (supermarket-hypermarket), MPR-DPR (pasti), dan lain sebagainya dan lain sebagainya.
     Diperkirakan 160.000 orang direkrut sebagai komponen cadangan hingga 2029 mendatang. Jumlah lumayan buat berdirinya gerakan bawah tanah. Misinya: ya yang di atas itu.
Sudah terlalu lama Israfil menganggur. Dia cuma mau menunggu perintah Penciptanya. Misi tercapai, bisa memojokkan malaikat satu ini memainkan alat musiknya. Tiup yang keras. Biar Dajal bangun kepagian.
     "Kenapa?" tanya suara dalam kepala.
     Kupikir kau yang paling mengenalku. Cuma ingin saat peluru terkubur dalam otak mereka, orang dengan profesi ini mendapat pencerahan. Berharap peluru itu bisa meruntuhkan kerangka pikir mereka. Dengan begitu bisalah mereka membangaun satu lagi yang baru. Yang bagus.
     Yang bagus itu kiamat datang cepat. Paling bagus, sekarang juga.
     "Kamu pikir kerangka pikirmu itu terbaik?" sentaknya, "mungkin juga kamu cuma iri. Munafik! Hadapi hidup. Jadi fatalistik cuma gara-gara silau suksesnya orang lain. Otak kamu yang perlu ditanam ideologi baru. Buang jauh itu pesimisme dan skeptisisme."
     Ah, mungkin diri ini cuma kebanyakkan nonton film macam V for Vendetta dan Fight Club. Bagaimanapun itu film hebat nan favorit. Juga diri ini lagi sibuk baca bukunya Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran. O Blog, Lain kali akan kuceritakan tentang buku itu jika selesai dibaca. Satu kondisi: ada mood.

entahlah, 3 Juni 2013
setjoeil asa
    

Minggu, 02 Juni 2013

Kematian Seekor Tikus

"Berbahagialah mereka yang mati muda."
2 Juni 2013 itu Minggu. Itu juga adalah hari perburuan. Belum kuceritakan tentang perilaku tikus jaman sekarang, kan Blog? Tapi akanku persempit. Tiga tikus di rumah orangtuaku yang dibahas di posting ini.
     Jelas ini tak ada hubungannya kenapa koruptor dianalogikan dengan tikus. Tiga tikus kontemporer itu (jika boleh kusebut demikian, karena memang mereka progresif) adalah penghuni lemari yang menempel di dinding rumah. Lemari dekat kamar mandi lantai bawah. Mereka pemberani tendensi nekat, nocturnal, pencuri makanan malam hari. Kau bisa saja berdiri di tangga dan melihat mereka berkeliaran di lantai dapur yang bersatu dengan ruang makan. Mereka mondar-mandir, malah naik ke tangga, mendekat. Ada apa dengan tikus generasi Z ini? Walaupun aku tidak yakin mereka bisa hidup lebih dari selustrum.