Senin, 27 November 2017

The Story-teller, Saki (H. H. Munro). Diterjemahan ke Bahasa Indonesia dengan Sembarangan

Si Pendongeng*

Saat itu sore yang panas, dan di dalam gerbong kereta api tak kalah gerahnya, dan pemberhentian berikutnya adalah Templecombe, hampir satu jam lagi. Penumpang di gerbong itu terdiri dari seorang gadis kecil, dan seorang gadis yang lebih kecil, dan seorang bocah kecil. Bibi anak-anak itu mengisi salah satu pojokan tempat duduk, dan pojokan jauh tempat duduk seberangnya diisi oleh seorang sarjana muda yang adalah seorang asing bagi rombongan mereka, tapi si gadis kecil dan si bocah kecil betul-betul menduduki kompartemen. Baik si bibi maupun anak-anak itu bercakap dalam suatu batas, terus-menerus, mengingatkan pada salah satu sikap dari seekor lalat rumahan yang menolak untuk putus asa. Kebanyakan kata-kata si bibi agaknya dimulai dengan “Jangan,” dan nyaris semua kata-kata anak-anak itu dimulai dengan “Kenapa?” Si sarjana muda diam saja. “Jangan, Cyril, jangan,“ seru si bibi, waktu si bocah kecil mulai memukul-mukul bantalan tempat duduk, menyembulkan sehembus awan debu pada tiap pukulan.

Jumat, 24 November 2017

Sisters by James Joyce (Sebuah Terjemahan yang Awut-awutan)

Saudari

Tiada lagi harapan baginya kali ini; itu adalah serangan stroke ketiganya. Malam demi malam, Aku melewati rumah itu (saat itu liburan) dan mengamati cahaya kotak dari jendela; dan malam demi malam Aku melihat cahaya yang sama, temaram dan tenang. Kalau dia mati, kurasa, Aku akan melihat bayangan lilin tergambar di tirai lantaran Aku tahu kalau dua lilin pasti diletakkan di dekat kepala si mati. Dia seringkali bilang kepadaku: “Aku tak akan lama di dunia ini,” dan kurasai kata-katanya senyap. Sekarang aku tahu itu memang betul. Tiap malam saat aku memandang ke jendela itu Aku berbisik ke diriku kata paralisis. Kata itu selalu saja kedengaran aneh di kuping, seperti kata gnomon dalam karya Euclid dan kata simony dalam Katekismus. Tapi sekarang kata itu kedengaran seperti nama makhluk buruk dan terkutuk.