“Hingga kini para filsuf cuma menafsir dunia lewat beragam
cara. Pokok sebetulnya malah belum tersentuh, yakni mengubahnya.” Kawan satu
ini getol betul main-kutip sana sini.
“Tapi,” lanjutnya, “perubahan datang beriringan dengan
tetesan darah.” Ah, ini lagi.
“Pembebasan. Perubahan revolusioner. Dunia ideal. Betapa
hasrat ke sana begitu besar. Hingga kesenangan-kesenangan diri serasa mengganggu saja.” Kadang dia
memang bisa lumayan keras.
“Kebanyakan dari apa yang disebut kesenangan cuma usaha untuk menghancurkan kesadaran.” Sering aku heran, apa dia masih waras.
“Nikah itu penemuan kaum borjuis.” Kali ini aku yakin, itu
cuma rasionalisasinya, akibat seperempat abad lebih belum pernah pacaran. Lagi
pula apa nikah termasuk kesenangan?
Selalu saja ngomong lewat mulut orang lain. “Persetan sama
hak cipta atau hak milik. Semuanya milik Sang Pencipta.” Aku ingin bertanya
siapa itu Sang Pencipta, tapi urung. Soalnya hal semacam ini tak kunjung
rampung diperdebatkan.
0 komentar:
Posting Komentar