Rabu, 21 Agustus 2013

Finding Forrester (2000)


"Kunci pertama menulis adalah menulis. Bukan berpikir." (William Forrester)
 
Jamal remaja enam belas tahun dengan dua bakat menonjol. Bolabasket dan tulis-menulis. Suatu ketika salah satu sekolah swasta di pesisir timur mengendus potensinya lewat tes evaluasi yang diadakan Kemendikbud.
     Sebelum pindah ke sekolah itu Jamal secara 'tak sengaja' bertemu satu orang tua. Seorang yang kelak akan memberinya banyak pelajaran tentang tulis-menulis. Dia William Forrester, pemenang Pulitzer lewat satu-satunya buku karyanya, 'Avalon Landing'.
     Apa selanjutnya? Tonton saja filmnya....
     Satu film yang bisa membuat orang berpikir, "semua orang bisa menulis." (Jadi, menulislah!)
     "Banyak buku bagus dan kutipan di dalamnya."
     Tapi sepertinya karakter dan buku itu fiksi.

Film: Indowebster
Subtitle: Subscene

Senin, 12 Agustus 2013

Omong Kosong Filsafat Perkembangbiakan



12 Agustus 2013. Sehabis menonton Source Code (2011). Aku punya pikiran ada sedikit alur cerita berlubang di akhir film. Tapi itu Cuma pengamatan sekilas penikmat film awam.
                Antonio Damasio dalam bukunya, Descartes’s Errors menulis, ada empat unsur pembentuk manusia. Salah satunya ‘Kerapuhan’. Jangan salahkan manusia jika mereka tidak bisa menahan godaan dari monster kecil lucu yang mereka namakan anak-anak. Menggemaskan, lucu, imut, mungil, manis dan apalagi madah yang layak bagi mereka. Tak ayal banyak dari mereka terseret arus ini: berkembang biak (maafkan jika sebutanku untuk hal ini agak kasar).
                Yang berlawanan saling melengkapi. Contranta Sunt Complementa(?). Aku ambil kata-kata bagus itu dari prinsip hidup Niels Bohr. Lagipula, “dan segala sesuatunya Kami ciptakan berpasang-pasangan”, kan? Monster kecil lucu itu datang ke dunia satu paket. Suka dan duka. R.V yang dibintangi Robin Williams sangat mewakili. Saat kecil anak gadis bisa sangat meyenangkan. Dia bilang, “Aku nggak mau nikah. Aku pengin tetap di sini dengan Ayah terus.” Beranjak dewasa, rasakan sendiri akibatnya.
                Apapun itu, apa dua anak itu tidak berlebihan, hei KB? Maukah kamu berpikir lagi tentang pondasi hidupmu, wahai Keluarga Berencana? Cukup sampai di sini saja omong kosong filsafat perkembangbiakan ini. Sampai jumpa di lain tulisan. Kuharap yang selanjutnya lebih baik.
Setjoeil Asa

Minggu, 11 Agustus 2013

Memutus Rantai Penderitaan

Budhe bilang, "dulu pas kecil diceboki, waktu tengah malam sakit ikut terjaga. Sekarang merawat yang seperti ini nggak ada apa-apanya." Beliau bicara tentang ibu beliau yang sudah tua nan sakit-sakitan.
     Terus Ibu meneruskan ke Aku. Dengan pemikiranku atau usia yang sekarang, sayangnya Aku punya sudut pandang berbeda. Siapa yang meminta seorang anak untuk dilahirkan? Tapi tenang Aku akan memutus rantai penderitaan ini. Caranya: jangan berkembang biak. Entah sampai kapan pemikiran ini bertahan.

Jumat, 09 Agustus 2013

Seperti Banyak Hal Lain Di Dunia

Apa sepadan,
     Bekerja lima hari sepekan, dua belas jam perharinya?
Ditukar dengan,
     Satu hari satu malam bertemu dengan sanak saudara?
Dalam sedasa.
Apa itu yang namanya hidup? tak meyakinkan. Tapi kurasa,
untuk sebagian itu cukup. Ya toh, kan hidup itu selera?
Seperti banyak hal lain di dunia.


Satu Ide: Rancangan Pengawal Satu Buku

     "Apa yang harus kutulis?" Itu yang kutanyakan saat dia memberiku buku catatan.
     "Kamu hanya harus menjawab pertanyaanmu dalam buku itu, kan?" Jawabnya.
     Aku membiarkan buku ini kosong untuk beberapa lama, karena terus terang aku belum bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Apa aku harus menulis tentang diriku? Aku tak tahu apa aku harus memperkenalkan diri di awal buku ini.
     Sampai pada suatu ketika, saat itu terjadi. Kejadian tragis yang merenggut nyawa si pemberi buku. Itu musibah, saat itu. Tapi sulit kukatakan apakah itu jadi berkah? Saat ternyata kejadian itu memberiku jawaban pertanyaanku.
     Aku tak akan menulis tentang diriku. Itu pasti akan jadi cerita paling membosankan. Aku akan menulis tentang satu orang.