Senin, 14 November 2011

Anansi (1)

     ..., mari kuceritakan dongeng tentang Anansi, saat neneknya meninggal. (Tak apa: perempuan itu sudah tua sekali, dan dia meninggal saat tidur. Ini hal yang cukup lumrah terjadi.) Dia meninggal jauh dari rumah, jadi Anansi, dia menyeberangi pulau dengan gerobak dorong, dan dia mengambil jenazah neneknya, dan meletakkannya di atas gerobak, dan mendorongnya pulang. Dia akan memakamkannya di sebelah pohon beringin di belakang rumahnya.
      Nah, saat dia sedang melewati kota, setelah sepagian mendorong mayat neneknya dengan gerobak, dia berpikir aku perlu wiski. Jadi, dia masuk ke warung, karena ada warung di desa itu, toko yang menjual apa saja, yang penjaga tokonya seorang lelaki pemarah. Anansi, dia masuk dan dia minum sedikit wiski. Dia minum sedikit wiski lagi, dan pikirnya, aku akan menjahili orang ini. Jadi, dia berkata pada si penjaga toko, antarkanlah sedikit wiski pada nenekku, yang tidur di gerobak di luar. Kau harus membangunkannya dulu, karena tidurnya nyenyak.

     Jadi si penjaga toko, dia keluar menghampiri gerobak dengan membawa botol, dan dia berkata pada si nenek di atas gerobak, " Hei, ini wiskimu," tapi si nenek tidak berkata apa-apa. Dan si penjaga toko, dia makin lama makin naik darah, karena dia orang yang sangat berangasan, dan dia berkata, bangun, nenek tua, bangun dan minum wiskimu, tetapi nenek itu, dia tidak berkata apa-apa. Lalu dia melakukan sesuatu yang kadang-kadang dilakukan mayat pada hari panas: dia buang angin dengan nyaring. Nah, si penjaga toko, dia demikian marahnya pada nenek tua itu karena mengentutinya, sehingga dia memukulnya, lalu memukulnya lagi, dan sekarang dia memukulnya sekali lagi, dan nenek itu terguling dari gerobak ke atas tanah.
     Anansi, dia berlari keluar dan dia mulai menangis dan meratap dan menggerung-ngerung, dan berkata, nenekku, dia mati, lihat perbuatanmu! Pembunuh! Penjahat! Sekarang si penjaga toko, dia berkata pada Anansi, kau jangan bilang siapa-siapa aku melakukan ini, dan dia memberi Anansi wiski lima botol penuh, dan sekantong emas, dan sekarung pisang dan nanas dan mangga, untuk mendiamkan tangisnya, dan supaya pergi.
     (Dia menyangka dia membunuh nenek Anansi, begitu)
     Jadi Anansi, dia mendorong gerobaknya pulang, dan dia mengubur neneknya di bawah pohon beringin...

0 komentar:

Posting Komentar