Selasa, 22 November 2011

ANANSI DAN BURUNG

Anansi tidak menyukai Burung, karena jika Burung lapar, dia memangsa banyak hal, dan salah satu yang dimakan Burung adalah laba-laba, dan burung selalu lapar.
     Mereka dulu berteman, tapi sekarang mereka tak berteman lagi.
     Pada suatu hari Anansi sedang berjalan, dan dia melihat sebuah lubang di tanah; hal itu menimbulkan gagasan baginya. Dia menaruh kayu di dasar lubang, lalu dia membuat api, dan dia meletakkan kuali di dalam lubang dan memasukkan akar dan bumbu. Lalu dia mulai berlari-lari mengitari kuali, berlari dan menari, dan berseru dan berteriak, katanya, Aku merasa senang. aku merasa sangaaat senang. Wah, semua sakit dan nyeriku lenyap dan aku tak pernah merasa sesehat ini seumur hidupku!
     Burung mendengar kegaduhan itu. Burung terbang turun dari langit untuk melihat apa yang diributkan. Dia berkata, Apa yang sedang kau nyanyikan? Mengapa kau bertingkah seperti orang gila, Anansi?

     Anansi menyanyi, Tadi leherku sakit, tapi sekarang sudah lenyap. Tadi perutku sakit, tetapi tidak lagi. Tadi sendi-sendiku berderak, tapi sekarang aku segemulai pohon palem muda, aku semulus Ular pada pagi setelah dia ganti kulit. Aku sangat bahagia, dan sekarang aku akan menjadi sempurna, karena aku tahu rahasianya, dan tak ada lagi orang yang tahu.
     Rahasia apa? tanya Burung.
     Rahasiaku kata Anansi. Semua orang akan memberiku benda kesukaan mereka, benda paling berharga milik mereka, hanya demi mengetahui rahasiaku. Asyik! Asyik! aku merasa senang!
     Burung melompat lebih dekat, dan dia menelengkan kepala. Lalu bertanya, Bolehkah aku tahu rahasiamu?
     Anansi menoleh pada si Burung dengan wajah curiga, dan dia bergerak untuk berdiri di depan kuali di dalam lubang, yang sedang mendidih.
     Tidak boleh, kata Anansi. Mungkin tidak akan cukup untuk semua. Tak usah kau pikirkan.
     Kata Burung, Nah, Anansi, aku tahu kita tidak selalu berteman. Tapi begini saja. Kau beritahu rahasiamu padaku, dan aku berjanji tak akan ada burung yang makan laba-laba lagi. Kita berteman sampai akhir zaman.
     Anansi menggaruk dagu dan dia menggeleng. Ini rahasia yang sangat besar, katanya, menjadikan manusia tetap muda dan berenergi dan bergairah dan bebas dari segala sakit.
     Si Burung bergaya. Burung berkata, Wahai, Anansi, aku yakin kau tahu bahwa aku sejak dulu menganggapmu sosok lelaki yang sangat tampan. Bagaimana kalau kita berbaring di tepi jalan sejenak, dan aku yakin aku bisa membuatmu melupakan semua keenggananmu untuk memberitahuku rahasiamu.
    Jadi mereka berbaring di tepi jalan, dan mereka bercumbu dan tertawa, dan melakukan hal-hal konyol, dan setelah Anansi mendapatkan keinginnannya, Burung berkata, Nah, Anansi, bagaimana rahasiamu?
    Kata Anansi, Yah, tadinya aku tak akan memberitahu siapa-siapa. Tapi aku akan memberitahumu. Rahasianya adalah mandi rempah, dilubang di tanah ini. Lihat, aku akan membubuhkan dedaunan dan akar-akar ini. Nah siap pun yang masuk ke air mandi ini, mereka akan hidup selamanya, tak merasakan sakit apapun. Aku sudah mandi, dan sekarang aku selincah kambing muda. Tapi kurasa aku tak boleh membiarkan orang lain menggunakan pemandian ini.
     Sang Burung menatap air yang mendidih, dan secepat kilat dia masuk ke dalam kuali.
     Airnya panas sekali, Anansi, kata sang Burung.
     Airnya harus panas agar rempah-rempah itu berkhasiat, kata Anansi. Lalu dia mengambil tutup kuali dan menutup kuali itu. Tutup ini berat, dan Anansi meletakkan batu di atasnya, untuk memberatinya lagi.
     Bam! Bem! Bom! terdengar gedoran dari dalam kuali.
     Kalau aku mengeluarkanmu sekarang, seru Anansi, semua khasiat mandi gelembung itu akan batal. Kau bersantai saja di sana dan rasakan dirimu semakin sehat.
     Akan tetapi, mungkin sang Burung tidak mendengarnya, atau mempercayainya, karena gedoran dan dorongan tetap berlangsung dari dalam kuali beberapa lama. Lalu berhenti.
     Malam itu Anansi dan keluarganya menyantap sup Burung yang sangat lezat, dengan burung rebus. Mereka tidak lapar lagi selama berhari-hari.
     Sejak saat itu, burung memaan laba-laba pada setiap kesempatan, dan laba-laba dan burung tak akan pernah berteman lagi.


 p.s: Dalam dongeng-dongeng itu, Anansi seekor laba-laba tetapi dia juga manusia. Tidak sulit menyimpan dua hal sekaligus di kepalamu. Anak kecil juga bisa.

Anansi Boys (Anak-Anak Anansi)--Neil Gaiman

0 komentar:

Posting Komentar