Sabtu, 14 Desember 2013

Rusa Kecil yang Malang

"Menulislah saat insomnia menjamah."

Pada suatu waktu di sebuah pulau sekitar kutub yang memiliki sebuah gunung yang puncaknya, entah sejak kapan, tertutup salju tebal, hiduplah sekumpulan hewan semacam rusa kutub. Salah satunya, betina, sedang hamil tua. Tua sekali. Penulis hanya ingin mengingatkan bahwa bukan rusanya yang tua, tapi hamilnya.
     Beberapa jam kemudian...
     Rusa betina yang belum terlalu tua dan sedang hamil tua itu melahirkan. Lahirlah ke dunia yang di ambang usianya ini seekor anak rusa yang tak berdosa. Jantan dan sudah pasti masih sangat muda. Rusa jantan muda ini tidak menangis begitu keluar dari rahim ibunya. Seluruh tubuhnya bersimbah darah.
     Celaka! Ada keanehan yang amat kasat mata. Di kepala si rusa kecil sudah tumbuh tanduk besar. Setiap rusa di kumpulan itu langsung menjauhinya. Mereka percaya itu adalah suatu kutuan kutukan. Lebih tragis, si ayahlah yang terlihat paling membencinya. Itu terlihat dari ikat kepala yang langsung dipakai si ayah rusa kecil. Ikat kepala bertuliskan. 'Aku bukan ayahmu'. Sungguh absurd dunia yang kita tinggali ini.
     Pembaca tidak boleh begitu saja menghakimi si ayah rusa kecil ini. Bahkan jika pembaca bernama Irf*n Hakim atau H*kim Irfan. Setelah penulis cermati, ada beberapa alasan kenapa kebencian si ayah memuncak sampai taraf yang sungguh mengerikan. Karena si rusa kecil sudah memiliki tanduk, saat si rusa kecil akan keluar dari rahim induknya, dia melukai induknya. Kerusakan yang ditimbulkannya pada saluran buang bayi induknya sungguh tidak dapat ditoleransi. Singkatnya si induk mati. Semoga arwahnya tenang di kehidupan selanjutnya.
     Alasan kedua kebencian ayah, ini sekedar prediksi penulis, adalah karena si ayah kehilangan kesempatan untuk membaca cerita menarik. Karena, patut diketahui, si induk ternyata adalah tokoh utama dalam cerita ini. Jadi cerita ini harus diakhiri sampai di sini.

Sungguh rusa kecil yang malang. Doaku selalu menyertai mereka yang termarjinalkan. Terima kasih Nikolai Gogol.
setjoeil asa

0 komentar:

Posting Komentar