Jumat, 22 Agustus 2014

Kutipan dari 1984 karya George Orwell

"Masa depan bisa mirip masa kini, dan kalau begitu maka masa depan juga tidak akan mau mendengarkannya; atau dapat pula masa depan berbeda dengan masa kini, dan kesulitan yang sekarang dialaminya akan tak berarti." (9)
"Yang harus dilakukan hanyalah memindahkan ke kertas, monolog kegelisahan tanpa putus yang sudah berkecamuk di kepalanya selama, secara harfiah, bertahun-tahun. Tetapi, tepat saat ini monolog itu pun menguap, kering begitu saja." (10)
"Mengelakkan perasaan-perasaanmu, menguasai tarikan wajahmu, melakukan apa yang sedang dilakukan semua orang lain, adalah reaksi naluriah." (20)
"Bukan dengan menjadikan dirimu terdengar, melainkan dengan menjaga kewarasanmu sendirilah engkau mengemban pusaka warisan kemanusiaan." (33)
"Dia yang menguasai masa silam menguasai hari depan: dia yang menguasai hari ini menguasai masa silam." (42)
"Justru terhadap dorongan bunuh diri seperti inilah dia berharap bisa menjaga diri dengan cara memulai buku harian itu." (115)
"Dia berpikir dengan semacam perasaan heran tentang ketanpagunaan biolagis rasa sakit dan takut, pengkhianatan badan manusia yang selalu membeku menjadi kelungkrahan tepat ketika tenaga dan kerja-ekstra dibutuhkan." (125)
"Terpikir olehnya bahwa pada saat-saat krisis seseorang bukanlah melawan musuh dari luar, melainkan selalu melawan tubuhnya sendiri." (126)
"Mustahil kisah cinta ini akan berakhir sukses; hal seperti itu tidak terjadi di kehidupan nyata." (139)
"Ia tidak tahu bahwa tidak ada yang disebut kebahagiaan, bahwa satu-satunya kemenangan berada pada masa depan yang jauh, lama setelah kau mati, ..." (169)
 "Sepanjang manusia masih manusia, mati dan hidup itu satu hal yang sama saja." (169)
"Ada saat-saat ketika fakta bahwa maut sedang mendekat serasa sama nyatanya dengan ranjang yang mereka tiduri, dan keduanya akan saling pagut dalam semacam sensualitas yang damba dan nelangsa, bagai jiwa terkutuk yang menggenggam remah kenikmatan terakhirnya ketika jarum jam menunjukkan lima menit sebelum berdentang." (190)
 "Bertahan dari hari ke hari dan dari pekan ke pekan, merajut suatu masa sekarang yang tanpa hari depan, agaknya adalah naluri yang tak tertaklukkan, sebagaimana paru orang akan menghirup napas berikutnya selama udara masih tersedia." (190-191)
 "Langkah pertama adalah rahasia, pikiran spontan, dan naluriah, langkah kedua ialah memulai buku harian. Dia telah berpindah dari pikiran ke kata, dan sekarang dari kata ke tindakan." (200)
 "Buku-buku terbaik, pikirnya, adalah yang mengatakan kepadamu hal-hal yang sudah kamu ketahui." (249)
"Maka timbul aliran-aliran pemikiran yang menafsir sejarah sebagai suatu proses siklikal, dan mengaku telah memperlihatkan bahwa ketidaksetaraan adalah hukum yang tak terubah dari kehidupan manusia." (252)
 "Dalam masa silam, kebutuhan akan hierarkis masyarakat adalah doktrin khas kelompok Tinggi. Hal itu dipidatokan oleh raja-raja dan bangsawan serta dikhotbahkan para pendeta, ahli hukum, dan sebagainya yang hidup membenalu pada raja dan bangsawan itu, dan pada umumnya hal itu dilunakkan dengan janji-janji imbalan ganjaran di suatu jagat imajiner sesudah kematian." (252)
 "... sudah sejak awal abad kedua puluh, kesetaraan umat manusia telah menjadi mungkin secara teknis. Memang masih benar bahwa manusia tidaklah setara dalam hal bakat bawaan lahir, dan bahwa harus ada spesialisasi fungsi yang menguntungkan individu-individu tertentu dan bukan yang lain; tetapi, sudah tidak ada lagi kebutuhan sejati akan pembedaan kelas atau kesenjangan kekayaan yang besar." (253)
 "Winston bertanya-tanya, berapa banyak bayi yang pernah ia lahirkan. Bisa saja lima belas. Dia tentu pernah indah dan wangi sebentar, satu tahun barangkali, mekar bagai sekuntum mawar liar, lalu mendadak membengkak seperti buah yang dipupuk, mengeras, memerah serta menjadi kasar, kemudian hidupnya adalah mencuci, menggosok, menisik, menyapu, memoles, menambal, menggosok, mencuci, mula-mula untuk anak-anaknya, lalu untuk cucu-cucunya, sepanjang tiga puluh tahun lebih tanpa putus. Di ujung semuanya itu masih juga dia bernyanyi." (270-271)
 "Barangkali orang lebih ingin dipahami ketimbang dikasihi." (311)
 "Orang tidak membangun pemerintahan diktator demi menyelamatkan revolusi; orang menciptakan revolusi untuk membangun pemerintahan diktator." (325)
 "Daya kerja intelektualnya seperti sirna, kini ketika rangsangan yang berupa rasa sakit itu telah ditiadakan. Dia tidak bosan, tidak punya keinginan bercakap-cakap atau mengalihkan perhatian. Menyendiri, tidak dipukuli maupun ditanyai, ada makanan cukup, serba bersih, itu sudah sangat memuaskan." (340)
 "kebodohan sama pentingnya dengan kecerdasan, dan sama sulitnya dicapai." (345)
"Satu-satunya kepastian ialah bahwa ajal tidak pernah datang pada saat yang terduga dan diharap." (345)

0 komentar:

Posting Komentar