Jumat, 08 Agustus 2014

Seikat Kutipan dari A Farewell to Arms karya Ernest Hemingway

"Lalu aku menjelaskan bagaimana kita tidak selalu dapat menjalan kan semua hal yang telah kita rencanakan." (20)

"Entahlah, ... Tidak semua hal selalu memiliki penjelasan."
"Oh, benarkah itu? Sejak kecil aku dididik dengan pemikiran sebaliknya." (25)

"Aku suka kenikmatan yang lebih sederhana." (Rinaldi, 50)

"Tidak mungkin menjadi lebih buruk, ... Tidak ada yang lebih buruk daripada perang." (Passini, 58)
"Tidak akan berakhir. Tidak ada istilah berakhir untuk sebuah perang." (Passini, 59)
"Perang tidak dikalahkan dengan kemenangan. ..." (Masih Passini, 59)
"Kami berpikir. Kami membaca. Kami bukan sekadar petani. Kami adalah sekumpulan montir-montir. Bahkan petani pun tidak mau tunduk pada perang. Semua orang benci peperangan." (Lagi-lagi Passini, 59)
Kalau semua orang benci perang, Passini, kenapa perang masih saja berkecamuk?

"Selalu ada kelompok-kelompok yang berkuasa di suatu negara ..."
"Mereka juga menghasilkan uang dari peristiwa ini."
"Sebagian besar dari mereka tidak menghasilkan apa-apa. ... Mereka melakukannya tanpa alasan apapun..." (59)
 Oh, betapa aku suka karakter ini. Sayang nasibnya.... Tuhan bersama mereka yang membenci perang...
"Jangan putus asa. Tapi, terkadang aku pun tak sanggup untuk berharap. Kucoba berpikir bahwa masih ada harapan di luar sana tapi, itu sangat susah untukku." (81)
"Mungkin perang akan berakhir. Tak mungkin akan berlangsung selamanya." (113)
"Tak ada aku. Aku adalah kau. Jangan buat aku seolah-olah terpisah darimu." (123)
Aku benci bagian romantis buku ini...
"Hidup tak terlalu susah dijalani jika kau tak takut rugi." (146)
 "Selama tiga tahun aku berharap perang berhenti saat Natal tiba. Tapi kini yang kuharapkan perang akan berhenti saat anak laki-laki kita menjadi komandan dan berpangkat letnan." (148)
 "Aku tak ingin jadi temanmu, ... Akulah temanmu." (177)
"Tidak. Kita dilahirkan dengan apa yang kita punya dan kita tak pernah mempelajari hal lain. Kita takkan mendapatkan sesuatu yang baru. Kita ini sudah lengkap. Kau harusnya bangga menjadi Latin."
"Tak ada istilah semacam itu. Yang benar adalah pemikiran 'Latin'yang mengatakan bahwa kau harus bangga pada kekuranganmu." (178)
"Aku juga lelah, tanpa tahu alasannya."(184)
Begitu pula aku... aku lelah... lelah hidup... kalau kau merasa kehilangan atau kesusahan menemukan arti hidup, hidup lebih melelahkan daripada bermain futsal dua jam tanpa henti... jauh... jauh lebih melelahkan... terima kasih hidup karena sudah membuatku mandi peluh....

"Aku tak berkata apa-apa. Aku selalu merasa malu bila mendengar kata-kata semacam suci, mulia, kehormatan, keberanian atau pengorbanan. Terkadang ada kata-kata yang tak tahan kau dengar dan bagimu sangat abstrak." (191)
"Tubuhkulah yang menua. Terkadang, aku takut bila tak sengaja mematahkan salah satu jariku seperti sebatang kapur. Jiwaku sama sekali tak bertambah tua dan tak menjadi lebih bijaksana." (271)
"Kita tinggal saja di negara yang tak ada perbedaan. Bukankah luar biasa bila kita tak perlu bertemu dengan orang lain?" (316)
"Cat sayang, yang malang. Ini harga yang harus dibayarnya akibat kita tidur bersama. Ini adalah akhir dari jebakan. Inilah hasil yang didapat jika dua manusia saling mencintai. Terima kasih Tuhan, ..." (334)
 "Karena itu yang telah kau lakukan. Kau mati. Kau tak mengerti ini semua tentang apa. kau tak pernah punya waktu untuk belajar." (342)

0 komentar:

Posting Komentar