Jumat, 28 Oktober 2016

Beo dan Babi

Syahdan, hiduplah seekor beo. Beo yang dikenal sebagai pencerita ulung ini hidup bersama binatang-binatang lain di hutan, tepi sebuah desa manusia. Si beo pandai betul cerita tentang apa saja. Mulai humor, roman, horor, olahraga, hingga sesekali politik.
Suatu hari babi hutan bertanya, “Hai Beo, kenapa kamu tidak pernah bercerita soal agama atau tuhan. Bukankah di jaman edan ini kita butuh hal macam itu?”
“O, Babi kawanku yang baik, aneka binatang hidup berdampingan di hutan ini. Kita tak pernah tahu sepasang kuping siapa saja yang akan menangkap cerita yang keluar dari mulut kita. Tema agama mudah sekali menyulut emosi pendengarnya,” jawab si beo
“Tapi, cerita olahraga atau politik juga bisa menyulut emosi, kan?” potong babi.
“Yah, memang,” kata beo, “Biar aku kutipkan salah satu sajak penyair kondang jaman dulu, ‘bukan maksudku mau berbagi iman, iman adalah kesunyian masing-masing‘.”
Beberapa hari kemudian, si babi ditangkap manusia. Dia jadi suguhan istimewa di acara Lajar Tantjep. Pemutaran film arahan Tim Burton, Big Fish.

Sampai menjelang ajal, kutipan yang disuarakan beo masih terngiang-ngiang di benak babi. Barangkali di surga sana, Tuhan bakal kasih tahu babi kalau beo  mengutip Chairil, dan mengganti kata ‘nasib’ dengan ‘iman’.

0 komentar:

Posting Komentar