Syahdan, hiduplah seekor beo. Beo yang dikenal sebagai pencerita ulung
ini hidup bersama binatang-binatang lain di hutan, tepi sebuah desa manusia. Si
beo pandai betul cerita tentang apa saja. Mulai humor, roman, horor, olahraga,
hingga sesekali politik.
Suatu hari babi hutan bertanya, “Hai Beo, kenapa kamu
tidak pernah bercerita soal agama atau tuhan. Bukankah di jaman edan ini kita
butuh hal macam itu?”
“O, Babi kawanku yang baik, aneka binatang hidup
berdampingan di hutan ini. Kita tak pernah tahu sepasang kuping siapa saja yang
akan menangkap cerita yang keluar dari mulut kita. Tema agama mudah sekali
menyulut emosi pendengarnya,” jawab si beo
“Tapi, cerita olahraga atau politik juga bisa menyulut
emosi, kan?” potong babi.
“Yah, memang,” kata beo, “Biar aku kutipkan salah satu
sajak penyair kondang jaman dulu, ‘bukan maksudku mau berbagi iman, iman adalah
kesunyian masing-masing‘.”
Beberapa hari kemudian, si babi ditangkap manusia. Dia
jadi suguhan istimewa di acara Lajar Tantjep. Pemutaran film arahan Tim Burton,
Big Fish.
Sampai menjelang ajal, kutipan yang disuarakan beo
masih terngiang-ngiang di benak babi. Barangkali di surga sana, Tuhan bakal
kasih tahu babi kalau beo mengutip
Chairil, dan mengganti kata ‘nasib’ dengan ‘iman’.
0 komentar:
Posting Komentar