Kamis, 16 September 2010

bertanya...? (Ied) 2...

     Sorenya keluarga Si Anak berangkat ke rumah Eyang. Sampai di sana matahari udah enggan bersinar. Sebenarnya itu karena siklus siang dan malam. Disebabkan oleh rotasi bumi, (yah, itu mah pelajaran anak kelas 3 SD, kakek-kakek jomblo umur 89 taon aje tau...).
     karena merasa udah nggak ada yang asik buat dilakuin, Si Anak akhirnya, dengan beberapa pertimbangan yang lumayan cermat, memutuskan untuk menurunkan kelopak matanya. Dan membiarkan alam bawah sadarnya mengambil alih.

***

  
 07.60 am (emang ada jam 7 lebih 60. Ngaco amat sih ni yang nulis...) Ok, biar nggak ada yang protes kita genapkan menjadi 08.00 pagi.. Dengan gerak tubuh yang cekatan bak penari kontemporer, anak ini bangkit. Tentu setelah dia sepenuhnya sadar dari tidurnya.
     Tiga jam sebelumnya Si anak sudah bangun dan mendirikan sembahyang wajib berjamaah dengan ayah tentu. Lalu dia tidur lagi deh. Nggak pa kita maklumi pemeran utama ini mungkin kecapean karena namanya banyak disebutin ditulisan ini. Lagian dia baru lima taon.
    Lalu beberapa saat setelah pasangan anak dan ayah ini sarapan, mereka mengukuhkan niat untuk berpetualang menyusuri kebun kakek dari ibu Si anak yang akan diwariskan pada ibu Si Anak pada saatnya nanti.(tarik napas dulu gan).
    Tanpa keraguan sedikitpun yang tersirat dan tersurat di garis muka. Mereka berdua mengambil langkah pertama dengan aduhai, keluar dari rumah Eyang. Menaiki kontur tanah yang memang berbukit. sesampai di kebun, seperti banyak iklan layanan masyarakat oleh BI, keduanya melakukan 3D. 
Diputer...
Dijilat...
Dicelupin... 
?????
     Maksud simple nya, Melihat keadaan kebun dan sekitarnya. Menerawang, bagaimanakah memanfaatkan kebun ini dengan baik dan benar. Sesuai prosedur yang telah disahkan Dinas Perkebunan, yang telah mendapat International Organization of Standardization, dan telah mentandatangani Memorandum of Understanding. Meraba, apakah ada tonjolan di beberapa bagian tubuh kebun. (njuk ngopo...?)
    setelah menimbang, mengamati dan mencermati keseluruhan kebun, maka Sang Ayah..., sepertinya belum bisa mengambil keputusan.

"ya udah lah Yah, ga papa..., hidup masih panjang..."

"ho'o Dik. Lebih baik terlambat dari pada disangka mandul..."

"...????"

    berdua mereka lalu balik ke rumah Eyang tanpa pamit dulu dengan si kebun. Mereka pulang dengan hati yang tidak gembira, walau juga tidak bisa dikatakan sedih. Terutama Si anak, yang masih bingung dengan wejangan terakhir Sang Ayah.

***

...

agak bingung juga nih. To be continued ga ya..?


  

0 komentar:

Posting Komentar