Jumat, 11 Juli 2014

11 Juli 2014 (Brazil 1 - 7 Jerman. Setelah ini, kurasa tidak ada perbuatan hidup yang berefek kejut terhadapku)

Pangeran yang Selalu Bahagia, salah satu dongeng terbaik yang pernah kubaca. Hanya karena Oscar punya anak, terus dia pengin mendongeng buat anak-anaknya, dia bisa menulis sehebat itu.
Orangtua jaman sekarang akan membeli TV LED 42 inch, HP android, tab (?), dan mereka berseru puas, "Ini cukup untuk menjamin kebahagiaannya dan menghindarkan mereka dari kerasnya realitas!"
"Lagi-lagi kamu mengeneralisasi, Nak."
Hidup orang sekarang berbeda dengan orang dulu, lihatlah hidupku sebagai contoh: tidak berarti! Ya kan, Soba?
***
Berita yang masih suam-suam kuku--atau istilah yang lebih menjijikannya hangat-hangat tahi ayam, dan mungkin musti keburu disantap selagi hangat, sebelum dingin--roket-roket Israel mendarat di Gaza.
"Yes, and how many times must cannonballs fly before they're forever banned,"
samar-samar Bob Dylan bernyanyi di dalam kepala...
Orang lain akan bilang, "Manusia, terutama pria, akan berperang untuk hal yang diyakininya."
Sampai pada akhirnya mereka lupa kenapa mereka berperang? 
Kalau begitu, aku akan pergi ke dan berdiri di tanah tanpa keyakinan... Ya kan, John?

Atau yang lain lagi akan bilang, "Kamu harus memihak (pada yang benar)." Siapa yang benar, siapa yang salah? Siapa tahu, siapa peduli!
Kalaupun aku memihak, aku tidak akan memihak manusia.
Hidup sudah terlalu buruk. Hidup sebagai manusia? Tidak bisa lebih buruk lagi. Ya kan, Mark?

12 Juli (Hidup memang absurd seperti film western yang tokoh utamanya diperankan aktor bernama Eastwood.)

13 Juli. Membaca kata pengantar Mochtar Lubis dalam Malam karya Elie Wiesel. Kurasa Pak Lubis ini orangnya lumayan religius.
Apa ini suatu kebetulan, membaca buku tentang genosida Yahudi saat Israel memborbardir Gaza?
      Kurasa apa yang terjadi di sana tidak bisa lebih manusiawi lagi. Inilah wajah manusia yang sesungguhnya.
Kalau kedua belah pihak punya hati yang cukup lapang--Hamas mau berhenti main lempar roket ke Israel, dan Israel mau kasih rehat mainan-mainan mahalnya--itu malah tidak manusiawi. Itu surgawi. Kata mereka yang percaya surga, "di surga, nafsu tidak eksis."
"Apakah kita pernah pikirkan akibat dari suatu kengerian, yang sekalipun tidak senyata, sekasar penghinaan lainnya, namun adalah kengerian yang paling berat ditanggung semua orang beriman: kematian Allah dalam jiwa seorang anak yang tiba-tiba menemukan kejahatan mutlak." (Fracois Mauriac, dalam prakata Malam karya Elie Wiesel)
Dia ini mengenyam pendidikan apa? Betapa dia bisa menemukan kata-kata seperti itu. Seringkali aku mengais-ngais dalam kehampaan, mencari kata-kata untuk mengungkapkan perasaan yang dikandung benak, tapi kata-kata itu pandai benar bermain petak umpet.

nb: buku itu tadi terjatuh. Mulut pemiliknya hampir tanpa sengaja mengumbar sumpah-serapah tak karuan seakan itu adalah tragedi terburuk dalam hidup, atau bahkan akhir dunia. O, kurasa akhir dunia tak seburuk itu.

0 komentar:

Posting Komentar