Senin, 14 Maret 2011

Nyanyi

"Pada jaman dulu mengatakan kata 'kencing' kepada anak balita dianggap tabu dalam beberapa peradaban."

     Suatu malam yang sunyi di awal pekan, hampir jam sepuluh. Di dalam sebuah rumah yang dihuni oleh keluarga kecil, terdiri dari pasangan suami istri dan seorang anak. Anak berusia empat seperempat tahun, lucu kadang, tapi lebih banyak bikin emosi.
     Kesunyian itu mendadak pudar oleh kepanikan sang bunda. Beliau berlari terbirit-birit bak itik dikejar burung parkit. Setelah tim 'investigasi bukan selebriti' menyelidiki, ternyata ada  kebutuhan yang urgen, yakni..., kebelet pipis!
     Tapi alangkah kurang beruntungnya sang bunda ini. Di tengah perjalanan sucinya menuju WC, beliau dihadang oleh anak semata sapinya..., (baca: semata wayang).
 
   
Dengan wajah tak berdosa, "Ngapain Buk, kok buru-buru?"
     Pertannyaan yang cukup sederhana dan dilontarkan dengan nada diplomatis oleh anak berusia di bawah lima tahun. Namun mengandung beban moral yang dahsyat, tak terperikan bagi sang bundo.
 
     Dengan wajah seperti orang yang nahan kencing selama berbulan-bulan, "He'em ni Dek, mau ke kamar mandi," beliau menjawab, "Mau..., ehmm..., mau..," sekilas beliau ingat petuah-petuah luhur para pendahulunya, tentang perkataan terlarang untuk balita.

     Dengan wajah penasaran, "Mau ngapain buk ke WC?," nadanya kali ini terdengar seperti diselimuti semangat menggebuk-debu.
 
     Karena tersudut oleh statement-statement ktitis yang dilemparkan si anak, si ibu, dengan tidak lupa mempertimbangkan petuah leluhur, "Ehmm,..., mau 'nyanyi' Dek...," menjawab sekenanya.

     "Ooooo.........," Wajah si anak terlihat tidak puas.

     Dengan rasa penasaran yang semakin memuncak, si anak memutuskan 'memata-matai' sang bundo. (untuk anak berusia di bawah lima tahun yang membaca tulisan ini, mohon perilaku ini jangan dipraktekan di rumah. Tapi nek ning sekolah ra popo og...).

     "Oh..., jadi yang seperti itu juga bisa disebut nyanyi..", pikir si anak.

???

     Si anak menghabiskan akhir pekan di rumah neneknya. Malam hari di rumah nenek terasa lebih sepi. Hampir jam sepuluh. Tiba-tiba si anak merasa pingin buang air kecil.

     "Nek.., Nek..," si anak memanggil neneknya, "Nek, aku pingin 'nyanyi' nek.," dia merengek-rengek.

     Nenek memandang si anak, "Wuss..., malem-malem kok mau nyanyi,"

     Si anak memegang salah satu bagian tubuhnya, "Tapi Nek, udah gak tahan nih," dia merengek lebih menjadi, seperti kuda lumping yang siap menyantap sate padang.

     Tanpa menaruh sedikit pun rasa curiga, "Oke deh..., tapi, sini nyanyinya deket kuping nenek aja ya...," Si nenek tak tahu bencana apa yang akan datang menerpanya...


repost dari bapak dosen..., dan pak dosen bilang dia juga cuman baca...

0 komentar:

Posting Komentar