Selasa, 31 Juli 2012

Dari Bumi Manusia-nya Pramoedya Ananta Toer

"Kau harus berterimakasih pada segala yang memberimu kehidupan, kata Mama, sekalipun dia hanya seekor kuda." - Annelies Mellema (50)

"Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan." - Jean Marais (77)

"Lagi pula tak ada cinta muncul mendadak, karena dia adalah anak kebudayaan, bukan batu dari langit." - Jean Marais (81)

"Kasihan hanya perasaan orang berkemauan baik yang tidak mampu berbuat." - Jean Marais (83)

Dan apa bisa diperoleh dalam hidup ini tanpa bea? Semua harus dibayar, atau ditebus, juga sependek-pendek kebahagiaan. (100-101)

"Hidup bisa memberi segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima." - Nyai Ontosoroh (105)

"Kadang aku bertanya pada diri sendiri: adakah aku sudah menjadi wanita Belanda berkulit cokelat? Aku tak berani menjawab, sekalipun dapat kulihat betapa terbelakangnya Pribumi sekelilikngku. - Nyai Ontosoroh (134)

"Sekali dalam hidup orang mesti menentukan sikap. Kalau tidak dia takkan menjadi apa-apa." - Nyai Ontosoroh (139)

"Hendaknya kau jangan sampai lupa pada apa yang bisa dibikin seorang yang berdiri seorang diri." - Robert Mellema (160)

“ Cerita..selamanya tentang manusia, kehidupannya, bukan kematiannya. Ya biarpun yang ditampilkannya itu hewan, raksasa atau dewa ataupun hantu. Dan tak ada yang lebih sulit dipahami daripada sang manusia.... jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biarpun penglihatanmu setajam mata elang; pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka daripada dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput” (164-165)

"Cerita tentang kesenangan selalu tidak menarik.Itu bukan cerita tentang manusia dan kehidupannya, tapi tentang surga, dan jelas tak terjadi dia atas bumi kita ini." - Nyai Ontosoroh (165)

Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tehun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu. ... Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini. (182)


"Ya-ya, begitulah lelaki. semua lelaki memang kucing berlagak kelinci. Sebagai kelinci dimakannya semua daun. Sebagai kucing dimakannya semua daging. ... Asal kau mengerti, Gus, semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas. Kan itu tidak terlalu sulit difahami? Kalau orang tak tahu batas, Tuhan akan memaksanya tahu dengan cara-Nya sendiri." - Bunda (189)

"Ah, Gus, begini mungkin kodrat perempuan. Dia menderitakan sakit waktu melahirkan, menderita sakit lagi karena tingkahnya." - Bunda (194)

"Kan baik belum tentu benar, juga belum tentu tepat? Malah bisa salah pada waktu dan tempat yang tidak cocok? - Miriam de la Croix (208)

Nenenda: setiap lelaki yang beristri lebih dari seorang pasti seorang penipu, dan menjadi penipu tanpa semau sendiri. (302)

Seniman besar, Minke, kata Jean Marais dulu, entah dia pelukis, entah apa, entah pemimpin, entah panglima perang, adalah karena hidupnya disarati dan dilandasi pengalaman-pengalaman besar, intensif; perasaan, batin atau badan. (304)

"Lukisan adalah sastra dalam warna-warni. Sastra adalah lukisan dalam bahasa." - Juffrouw Magda Peters (313)


Bumi Manusia
Kutipan Tetralogi Buru - Wikiquote

0 komentar:

Posting Komentar