Sabtu, 21 Juni 2014

Pagi ini ada bocah yang berlari mondar-mandir di lapangan yang rumputnya hampir semuanya sudah dipapas. Dia berlari dekat kubangan karya hujan semalam. Di batas lapangan--pematang dari beton dan di atasnya berjejer bata merah gelap akibat basah yang membentang dari tanah melandai di tepi jalan ke bantaran kali--barusan bertengger ayam betina. Ayam itu turun ke lapangan, dengan heran mengamati bocah yang berlari mondar-mandir. Tangan kanan bocah itu menggenggam erat seutas benang. Agak di belakang layang-layang setengah basah melayang menguntitnya, seperti kucing betina berbuntut ikal yang lapar dan terus saja mengekor majikannya meminta makanan dengan meong paraunya. Dia tadi datang dari sisi lapangan yang terhalang bangunan taman kanak-kanak. Seorang yang tampak sudah tua mengendongnya, bisa jadi kakeknya. Di sebelahnya, agak di belakang, kakak perempuannya berjalan mengikuti sambil memegang sepasang sandal si bocah.
     Aroma kopi bercampur dengan bau kandang ayam dan kolam ikan. Dia menyesap kopi dari cangkir yang tadi diletakkannya di ambang jendela lantai atas. Dari situ sebagian lapangan bisa dilihat. Pemandangan yang belakangan jadi kelewat akrab ditangkap matanya. Hanya jati yang kurang gemar meranggas, pohon mangga kecil, dan waru yang menghalangi matanya, selain bangunan yang tadi sudah disebutkan. Kicau burung saling sahut, deru motor dari jalan di sebelah kiri meningkahi, dan sorak sorai anak-anak mulai ramai dari dalam bangunan dekat di sebelah kanan.
     Dia melihat awan yang jarang-jarang di langit sebelah timur laut. Nuansa dari putih kekuningan ke kelabu nampak di gumpalan awan paling besar. Dia memandanganya lewat kaca penuh bercak lumpur. Hujanlah tukang patrinya. Dia memfokuskan mata ke kaca patri lalu pindah ke awan, dan mengulang-ulanginya. Di langit utara pesawat berjalan malas tampak seperti lukisan yang bergerak dengan latar kelabu. Deru mesinnya sayup-sayup terdengar bila suara-suara yang lebih dekat memberi kesempatan.
     Si bocah, kakeknya dan kakak perempuannya pergi dari lapangan, berjalan menyusuri tepi jalan melewati dua mobil SUV baru, satu berwarna putih dan satu lagi merah tua. Di tempatnya berdiri, dia mereguk sisa kopi, menyisakan ampas di dasar cangkir.

21 Juni 2014

0 komentar:

Posting Komentar