Jumat, 03 Oktober 2014

Kutipan dari Max Havelaar Karya Multatuli

"ARTIS NATURA MAGISTRA" (20)

"EIGEN HAARD VEEL WAARD" (239)
"Sudah bertahun-tahun, aku bertanya pada diriku sendiri apa gunanya karya-karya semacam itu dan aku takjub melihat kekurangajaran penyair atau penulis novel dalam menceritakan kisah-kisah yang tidak pernah terjadi, bahkan kisah-kisah yang sering kali mustahil terjadi." (Batavus Droogstoppel, 17)
"Cinta adalah kebahagiaan; kau melayang dengan kekasihmu atau yang lainnya ke ujung dunia. Dunia tidak punya ujung, dan cinta semacam itu omong kosong." (Batavus Droogstoppel, 20)
"Aku gemar melihat sisi baik dari segalanya dan mereka yang tidak berbuat begitu adalah makhluk yang tidak kenal puas; aku pun tidak tahan terhadap mereka." (Batavus Droogstoppel, 34)
"...; oleh karena itu, bersyukurlah atas semua yang terjadi. Percayalah, segala sesuatu di dunia ini baik, sebagaimana adanya, dan orang yang tidak kenal puas dan selalu mengeluh bukanlah temanku." (Batavus Droogstoppel, 36)
"... orang miskin pasti ada; itu diperlukan dalam masyarakat."  (Batavus Droogstoppel, 40)
"Bunda memuja ketakutan konyolnya,
Dan menghibur ketika dia menangis," (Sjaalman, 48)
"O Bapa, beri aku bersama kematian,
yang tak kudapat dalam kehidupan...." (Sjaalman, 49)
"Karena tidak ada yang lebih mendatangkan kekuasaan kepada penjual, selain pengetahuan bahwa pembeli sangat memerlukan barang dagangannya."  (Batavus Droogstoppel, 57)
"Karena aku tidak boleh menghamburkan uang firma demi rasa iba yang keliru, atau kepekaan yang berlebihan."  (Batavus Droogstoppel, 58)
"Sungguh aneh betapa pikiran terus berjalan ketika seseorang sedang menulis." (Batavus Droogstoppel, 62)
"Seandainya setiap orang tetap menggunakan bahasanya sendiri, banyak masalah akan terhindarkan." (Batavus Droogstoppel, 63)
"Tempat tinggalnya jelas tidak hebat; tapi kesetaraan bagi semua orang, termasuk rumah mereka, hanyalah khayalan."  (Batavus Droogstoppel, 65)
 "Tidak ada sesuatu pun yang baru di kolong langit." (Ernest Stern, 82)
"Secara alami, orang jawa adalah petani; tanah tempat mereka dilahirkan, yang memberikan hasil berlimpah dengan sedikit tenaga, memikat mereka dan, yang terutama, mereka membaktikan seluruh hati serta jiwa mereka untuk menggarap sawah, dan dalam hal ini, mereka sangat pandai. ..." (Max Havelaar, 88)
 "Bencana kelaparan? Bencana kelaparan di Jawa yang kaya dan subur?--Ya, Pembaca, ..." (Max Havelaar, 91)
"Hanya ada beberapa keadaan di dunia materi ini yang tidak memberi kesempatan kepada seorang pemikir untuk melakukan pengamatan secara cerdas, sehingga aku sering bertanya kepada diriku sendiri apakah banyaknya kesalahan yang sudah kita anggap lumrah, banyaknya "ketidakadilan" yang kita pikir benar, berasal dari fakta bahwa kita telah kelamaan duduk dengan teman yang sama di dalam kereta pelancong yang sama." (Max Havelaar, 107-108)
"Dia penuh kontradiksi: setajam silet, berhati selembut anak perempuan, dan selalu menjadi yang pertama merasakan luka akibat kata-kata pahitnya sendiri; dan dia lebih menderita daripada mereka yang dilukainya." (Max Havelaar, 114)
 "Menyombongkan pengalaman telah menjadi kekonyolan yang lazim." (118)
"...; emosi para filantropis yang, tanpa terlibat secara eksternal dalam jalannya persitiwa-peristiwa, begitu memperhatikan kesejahteraan sesama warga negara atau sesama makhluk, betapa dia mengamati setiap perubahan, bersemangat terhadap gagasan mulia, dan berkobar kemarahannya ketika melihat gagasan itu disingkirkan dan diinjak-injak oleh mereka yang, setidaknya selama beberapa waktu, lebih berkuasa daripada gagsan mulia itu." (119)
"..., sehingga sangat mengherankan banyak perempuan lain yang merasa tidak pantas untuk bertindak sebagai 'budak dari anak-anak mereka'." (122)
 "Aku senang sekali ada begitu banyak kemiskinan di sini--aku berharap bisa berada di sini untuk waktu yang lama." (127)
"Mereka harus berjuang dengan inferioritas buatan dan palsu, serta prasangka terhadap warna kulit mereka semenjak dari buaian." (134)
"..., karena banyak orang menilai pentingnya suatu kedudukan berdasarkan pendapatan yang diperolehnya." (140)
"Dengan segenap akal sehat yang dimilikinya, dia menganggap betapa tidak adilnya dia bertindak menolong seseorang, padahal dirinya sendiri lebih memerlukan pertolongan." (141)
"Dia sering mencela kebaikan hatinya sebagai kelemahan, kesia-siaan, keinginan untuk dianggap sebagai pangeran yang menyamar." (141)
"Bukankah Max-nya ditakdirkan untuk menjadi Gubernur Jenderal atau Raja? Wah, bukankah aneh mengapa dia belum menjadi Raja?" (145)
kurasa orang seperti Max mustahil bisa menjadi salah satu dari itu...
"... dan, terutama di sini, ucapan ini harus diberlakukan: kita harus memaafkan mereka yang mencintai dengan teramat sangat!" (145-146)
"..., karena pengetahuan saya tidaklah seluas yang saya inginkan." (153)
"Bukankah Dia mencurahkan hujan ketika batang padi hendak melayu, dan menurunkan embun dalam kelopak bunga yang kehausan?" (155)
"Karena, kita bergembira bukan karena memotong padi; kita bergembira karena memotong padi yang kita tanam sendiri. Dan, jiwa manusia tidak bergembira karena upah, tapi karena bekerja untuk mendapatkan upah itu." (155)
"Tidak adakah kegetiran ketika berjalan dari sini ke Pantai Selatan, ketika melihat pegunungan yang tidak punya air di lereng-lerengnya, atau melihat dataran-dataran yang tidak pernah dibajak kerbau?" (156)
"Karena di banyak tempat, tanahnya gembur serta subur, dan meminta biji-bijian yang bersedia kembali kepada kalian dalam bentuk batang yang merunduk." (157)
"Mengapa pohon bertanya: 'Di manakah orang yang kulihat bermain di kakiku semasa dia masih kecil?'" (158)
barangkali, pohon, kamulah yang pergi; kamu sudah di Surga. Dan, orang itu, entahlah, siapa perduli...
"Namun, dia tidak suka menulis puisi; katanya itu seperti 'mengenakan korset ketat' ..." (161)
iya, lagian kata-kata puitis nggak bisa dimakan...
"Ya, itu karena pendidikanku terbengkalai. Aku bicara secara acak." (174) 
"Ya, ya aku tahu sekali--tidak semua orang bisa jadi nabi atau rasul--kayu akan segera menjadi barang langka karena banyaknya penyaliban." (174)
"Tidak! Mereka yang menyukai ketidakadilan karena hidup mereka bergantung dari sana akan mengingkari adanya ketidakadilan agar bisa mengejek-mu seperti Don Quixote, seraya terus memutar kincir angin mereka." (175)
"Seorang penulis sama angkuhnya seperti manusia." (Ernest Stern, 181)
"Ingatlah Horatius," lanjut Stern, "bukankah dia berkata, 'Omne tulit punctum qui miscuit'--kopi dengan sesuatu yang lain? ..." (184)
"dia juga menemukan cara mengubah rumput menjadi wol... Kau tahu? kirimlah seekor domba ke ladang, maka kalian akan melihatnya." (Max Havelaar, 209)
lelucon bagus, Max...
"Tanpa gerakan, tidak ada kedukaan, tidak ada kegembiraan, tidak ada emosi." (213)
ayo bergerak... apa itu semboyannya *nlene, susu buat tulang itu, .... jangan statis, jadi dinamis?
"Kita memang gemar melihat sesuatu yang mengerikan." (218)
"Tapi pada malam hari kalian beristirahat. Ada waktu sepuluh jam. Tiga puluh enam ribu detik sebelum kau kembali melihat jas resmimu. Itu memikat semua orang. Saat itulah, aku berharap menemui ajal ... tiba di dunia sana dengan wajah tidak resmi." (228)
bawa aku bersama Max, tolong....
"..., karena sesungguhnya ketidakpuasan adalah penyakit, ..." (231)
ada sebuah cerita menarik, dari halaman 231-234, tentang pemuda pemecah batu. apa maksudmu, tentu saja aku tak akan menulis cerita itu di sini. Itu sungguh kurang ajar. Kurang menghargai Max Havelaar. Bukankah demikian? Tapi aku akan menulis jawaban si Upik waktu Max bertanya, "Dan kau, Upik, apa yang kau pilih seandainya malaikat dari surga datang untuk bertanya kepadamu; apa yang kau inginkan?"
     "Pak, saya akan memintanya untuk membawa saya bersamanya ke surga."
     bukankah itu sungguh indah. Tine juga beranggapan demikian. Indah....
"Entre l'ecorce et le bois, il ne faut pasmetre le doigt." (237)
"Pasti dia sudah menskors Nuraninya sendiri, seandainya nurani itu masih ada!" (249)
apa ini epigram buat para permburu kursi yang lagi rebutan kursi itu? Yah, kuantitas kursi memang terbatas, jadi nilainya melambung melebihi harga normalnya. Tapi apalah artinya harga...

"Saya masih muda dan tidak berarti jika dibandingkan dengan kekuatan gagasan-gagasan dominan yang terpaksa harus saya tentang..." (259)
"... karena, seandainya pun aku bersalah, tidak ada kejahatan yang bisa dihukum dengan kelaparan." (261)
'Tidaklah mudah bagi seorang penulis untuk berlayar dengan tepat di antara dua batu sandungan, yaitu teralu bertele-tele atau terlalu singkat." (262)
 "Ini lumrah karena peradaban atau apa yang menyebut diri sebagai peradaban gemar menganggap semua yang alami sebagai keanehan." (268)
 "... karena seseorang selalu mendapat lebih banyak informasi mengenai wilayah tetangganya daripada wilayah tetangga itu sendiri." (278)
"Wah, siapa yang bisa mengingat segalanya? ..." (288)
"Sini, Max!--jangan--jangan tangkap serangga kecil itu--sini. Jangan pernah menangkap kupu-kupu. Mulanya makhluk kecil itu merayap untuk waktu yang lama sebagai ulat di pohon, dan itu bukan kehidupan yang menyenangkan. Kini, dia baru saja punya sayap dan ingin beterbangan di udara dan bersenang-senang, mencari makanan di dalam bunga dan tidak melukai siapapun. Lihat, bukankah lebih enak melihatnya beterbangan di sana?" (289)
"Jadi, ada banyak barang yang bisa didapat secara cuma-cuma melalui kekuasaan, tapi tidak bisa didatangkan dengan harga yang pantas." (Ernest Stern, 292)
"Tidak bisakah kau melihat jacquerie di ujung semua ini?" (307)
"Terkutuklah kemarahan dan kedukaan yang begitu sering terselubung dalam compang-camping satire!" (337)
"bunyi terompet di sini dan gemuruh gendang, desing roket, pekikan dawai-dawai sumbang; di sana-sini kebenaran menyelinap seperti barang selundupan, di bawah perlindungan bunyi genderang dan terompet yang gegap gempita!" (338-339)
 "..., dan ketika berdiam diri lebih lama akan dianggap ikut berperan sebagai kaki tangan, ..." (426)
"Lagi pula, orang-orang terus mengeluh." (453)
"Pergilah menderita, karena menurut kehendak pemerintah kalian harus mengalami pemerasan." (454)
"Akan tetapi ini benar-benar mustahil. Pekerjaannya lebih berat daripada pekerjaan biasa .... Dia menunggu." (457)
"Aduh! Itu terlalu cepat, karena bekas tulisan di hati kita segera terhapus untuk memberi tempat pada tulisan lain..." (369)
"Dan apa yang berupa fiksi dalam satu kasus, bisa menjadi kebenaran secara umum." (399)

"Karena aku tidak bermaksud untuk menulis dengan baik .... Aku ingin menulis agar didengar." (Multatuli, 462)
"Karena tidak ada dorongan, api kegeniusan padam sampai ke bunga api terakhirnya." (252)
"horror vacui" (55)
"de omnibus aliquid, de toto nihil" (54)
"AINSI VA LE MONDE!" (261)

1 komentar:

  1. (275-290) apa kejadian di Natal, saat Max menjabat asisten residen di sana, ada hubungannya dengan Perang Padri (1803-1831) dan Tuanku Imam Bonjol. Tentang Perseteruan sesama suku Batak bernuansa keagamaan?

    BalasHapus