Kamis, 06 November 2014

Seperti yang kita bahas di WA tadi, sekarang aku akan menuliskan perihal roti tawar. Kejadiannya belum lama ini, kapan tepatnya, maaf lupa.
     Wajah tukang roti itu kelihatan kurang senang. "nggak laku ya, Bu," katanya sambil melihat ke dagangannya yang jumlahnya masih sama dengan saat diantarnya dulu, "mungkin libur dulu ya, Bu." Tukang roti tadi tidak meninggalkan sebiji roti pun di keranjang plastik yang biasanya diletakkan di atas etalase. Langkahnya menyiratkan kekecewaan waktu balik ke motornya.
     Selang sebentar ada yang datang pakai motor ke warung kelontong. Laki-laki itu masuk. "Ada roti tawar," tanpa basa-basi ia berkata.
     "Adanya cuma kayak begini rotinya," Ibu pemilik warung itu menunjuk ke keranjang plastik berisi roti aneka rasa di samping keranjang plastik kosong.
     "Ah, carinya roti tawar," laki-laki itu pergi hampir sama cepatnya dengan datangnya.
     Suami ibu itu lagi leyeh-leyeh di lincak, memasang telinga, diam-diam menyimak kejadian barusan. "Yang namanya jualan itu nggak tahu kapan laku kapan tidak," nada bicara bisa jadi kurang sedap buat kuping si tukang roti, "mustinya ditinggali satu dua biji roti."
     "Iya ya, Pak."

0 komentar:

Posting Komentar