Kamis, 06 Juni 2013

Gadis Penjaga Toko Buku

"Jadi," kata Orang Asing, "Tuhanmu masih bermain curang?"
"Kupikir Dia bisa saja lebih curang daripada ini."
     Mereka berdiri, hampir menginjak garis kuning. Lalu si Orang Asing masuk ke salah satu gerbong kereta. Dia duduk dan senyum tipis samar-samar tergambar diwajahnya. Dia memandang ke bawah, ke tiket kereta tertanggal 26 Januari 2012 yang dipegangnya.
     Di luar kereta, Gadis Penunggu Toko Buku berpaling dari pintu gerbong. Dia membuka buku yang tadi diberikan si Orang Asing. Pada halaman paling depan ada tiga tulisan. Di pojok kanan atas paraf dan tanggal, '19 Jan '12'. Di tengah halaman ada judul buku--dalam bahasa terjemahan. Sedikit ke bawah, ada tulisan diagonal, 'Tidak ada yang namanya kebetulan :)Apa kau percaya dengan pertanda-pertanda? hal. 170.'
     Dia membuka halaman itu. Dua alinea digarisbawahi, hampir dua alinea. Satu kalimat di alinea kedua tampaknya sengaja dilewati. Senyum yang sama terlihat lebih jelas di wajahnya.
     "Setiap pencarian dimulai dengan keberuntungan bagi si pemula. Dan setiap pencarian diakhiri dengan ujian berat bagi si pemenang." ..., saat-saat paling gelap di malam hari adalah saat-saat menjelang fajar.

***

      Dia berdiri, diapit oleh dua rak. Rak itu sedikit lebih tinggi dari dia, 180 cm mungkin. Entah terbuat dari kayu apa. Semua bagiannya dipernis. Sungguh tak ada yang istimewa dari keduanya. Tetapi deretan buku yang terpajang di bagian paling atas rak--tepat di mana dia menatap--selama hampir tujuh menit terakhir ini telah menangkap pandangannya.
     "uh.., jadi, yang ini ya...," pikirnya. Tangannya hampir meraih buku bercover warna dominasi merah marun gradasi hijau pudar.
    "Kalau seseorang sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, seisi jagat raya bahu-membahu membantu orang itu mewujudkan impiannya."
      
Januari 2012
slim

0 komentar:

Posting Komentar