Iya, aku juga lihat edisi Sabda Zarathustra yang lain.
“Judulnya Seruan Zarathustra.”
Ada beberepa bab yang kusuka, tapi secara garis besar...
ehm, entahlah. Ide tentang adimanusia atau manusia yang unggul secara
intelektual, mental, fisik? Kamu harus coba lihat Gattaca. Ah, aku suka film
itu. Terus terang aku kurang sepaham dengan Nietzsche tentang
ini. Bukannya setiap orang, siapapun itu mempunyai kesempatan, atau lebih
tepatnya, hak yang sama?
“Hak asasi?”
Iya ada yang superior atau inferior, tapi dalam satu hal.
Dalam hal lain mungkin yang inferior jadi superior dan sebaliknya. Atau
sekarang satu orang si pemenang, dan satu lagi si pecundang, lain kali mungkin
si pemenang jadi si pecundang dan sebaliknya. Seperti yang dibilang Bob Dylan
di The Time, They Are A Changing.
“Jangan bicara terlalu cepat pada roda yang masih berputar?”
Yap...
“Kenapa, sakit mata?”
...
“Buku apa yang lagi kamu baca?”
50 halaman terakhir Kota Tuhan-nya E.L. Doctorow.
“Yang dibuat filmnya itu? Tentang peredaran narkoba di
Brazil?”
Awalnya kukira juga, tepi ternyata beda. Lumayan, meski aku
kadang di beberapa bagian nggak paham.
“Belum.”
Eh?
“Iya, belum. Bukannya nggak paham, tapi belum paham. Belum
paham dengan tingkat pemahamanmu sekarang ini.”
Bisa jadi. Banyak kutipan yang kusuka. Ini semacam buku yang
bisa menerbitkan keraguan. Bukan, bukan.. ehm, lebih tepatnya menyenggol iman.
“Lagi-lagi buku yang membuat berpikir?”
Bukannya membaca itu memang memaksa berpikir? Memang,
mungkin sebagian besar dari tujuh miliar orang di dunia ini akan lebih senang
bilang, ‘berikan saja kebenarannya!’ alih-alih disuruh bertanya-tanya, ‘kenapa
begitu?’ terus cari jawabannya. Tapi alam semesta tidak bekerja seperti itu.
Dia mungkin agak introvert. Dia nggak mungkin akan ngomong tentang dirinya dan
mencurahkan isi hati macam Woody Allen.
“Nggak bisa lebih setuju lagi sama kamu, Bung.”
Yah, karena aku mungkin juga ikut ke mayoritas itu...
Yah, karena aku mungkin juga ikut ke mayoritas itu...
0 komentar:
Posting Komentar