Rabu, 26 Februari 2014

"Menjadi manusia justru berarti tanggung jawab, berarti merasa malu berhadapan dengan suatu kesengsaraan yang tampaknya tidak bergantung pada dirinya..." (Antoine de Saint-Exupery)

Pagi tadi si anak laki-laki membaca tajuk rencana surat kabar harian tentang bancakan suap migas. Dituliskan di situ besaran 200.000 dolar Amerika. Dibagi-bagi buat siapa saja, si anak laki-laki bilang malas mengingatnya. "Sebentar lagi semua orang juga sudah lupa," katanya, "siapa yang ingat Century?"
     Terus dia juga cerita jadi ingat tentang kekuasaan mutlak yang kembali ke pangkuan MK, yang beberapa hari atau pekan sebelumnya juga jadi tajuk rencana di koran yang sama. "Masa UU tentang batasan kekuasaan MK yang punya keuputusan mengesahkan MK. Ini seperti bocah laki-laki usia puber memutuskan berapa kali dia boleh masturbasi seminggunya."
     Sorenya di tv si anak laki-laki terlihat menonton seorang anak, yang harusnya sekolah menuntut ilmu, kerja keras membantu ibunya. Dia mengangkat kayu bakar (semoga bukan dari kebun perusahaan mana), dan menyiangi sawah (yang entah milik siapa). Oh, siapa bilang sudah tidak ada generasi muda yang mau jadi petani (kecuali terpaksa)?
     Ini semua, si anak laki-laki bercerita, dia ingat saat makan sore dengan menu: kecambah rebus, wortel rebus, kubis rebus, timun, tahu, telur rebus disiram saos kacang ditambah kerupuk ditemani susu kedelai. "Tanpa berkeringat aku bisa makan semua ini," katanya.

0 komentar:

Posting Komentar