Minggu, 16 Februari 2014

"Siapa tadi itu bilang apa?" tanya Suara dalam Kepala
"Kalau cuma dengan kerja keras semua bisa kaya, maka banyak wanita di Afrika sudah kaya raya."
"Kamu pernah ke sana?"
"Ke mana?"
"Afrika."
Garuk-garuk kepala sembari senyum, Si Anak Laki-laki jawab, "belum."
"Hm..., pengin ke sana?" suara Suara dalam Kepala terdengar memudar.
"Apa? Kita sudah rampung ngomongnya?"
"Tentang apa? Wanita Afrika?" Suaranya mengeras lagi, agak. Tapi tak pernah sampai membentak.
"Maksudku, itu mungkin yang namanya nasib. Satu orang mujur, orang lain apes."
"Kamu selalu suka hukum alam itu, kan?"
"Yang mana?"
"Berpasang-pasangan, yang berlainan saling melengkapi. Di kasus ini, mujur-apes."
"Bisa jadi. Dan seperti biasa, obrolan kita, nggak tahu mau dibawa ke mana."
"Ah, quo vadis, aku suka frase itu?"
"Ah, yang dari alkitab itu ya?"
"Apa iya? Alkitab yang mana?"
"Entahlah, yang salah satu isinya tentang yang mujur wajib berbagi dengan yang apes mungkin?"
"Kamu jawab pertanyaan pakai pertanyaan?"
"Yah, hidup ini isinya cuma tanda tanya, kan?"
"Harusnya tanda seru saja. Di bawahnya ditulisi huruf kapital semua: BAHAYA."
"Sepertinya obrolan ini selesai. Tapi mungkin nggak selamanya."
"Selamanya itu seberapa cepat?
"Entah. Mungkin cuma selama satu lagu Iwan Fals - Sore Tugu Pancoran."

0 komentar:

Posting Komentar